Pernah ngerasain kebersamaan yang sulit untuk dilupakan. Kemanapun kami pergi, kami selalu bersama, bercanda, tertawa, menangis, hingga dapet masalah pun kami hadapi bersama.
Ya, itulah saya dan sahabat saya, selalu menguatkan satu sama lain, memberi support yang tiada henti, selalu mengingatkan, saling melengkapi, dan saling memberi.
Tidak dapat dipungkiri, perselisihan pasti akan ada dimanapun, kapanpun, tanpa kita tahu, begitu juga dengan persahabatan kami, ditengah-tengah kekompakan, terkadang muncul juga perselisihan. Namun, itu semua kami anggap sebagai bumbu pelengkap didalam persahabatan.
Kamipun saling menyadari satu sama lain, saling menghormati, dan saling mengerti. Itulah gambaran persahabatan kami yang begitu kental dan tak pandang siapapun mereka, siapa saya, karena kami bisa melengkapi satu sama lain, tapi itu dulu.
Ya, itu dulu disaat kami belum mengenal dunia perantauan, disaat kami belum memikirkan beban, disaat kami masih memikirkan kesenangan saja, dan sekarang, entah kemana mereka semua, entah dimana mereka semua, saya pun tidak tahu pasti apakah mereka masih mengingat saya, apakah mereka masih mengingat kebersamaan yang telah kami bangun puluhan tahun lamanya.
Belum tentu! Mereka semua belum tentu mengingat itu semua, mereka belum tentu mengingat janji yang pernah kami ucapkan untuk selalu mendukung, menjaga, membela dan saling menguatkan.
Tapi saya sadar, mungkin inilah jalan yang baik untuk kami semua, karena kami hidup sudah berbeda zaman, sekarang kami sudah memikirkan masa depan masing-masing, sudah memiliki keluarga masing-masing. jadi, saya juga sangat menghargai itu.
Namun...
Sepertinya tidak sepenuhnya begitu. Setahun yang lalu, saya bertemu dengan sahabat saya yang paling Deket dulunya, bahkan kami pernah berjanji untuk menjalin persahabatan sampai tua nanti. Saya masih ingat kala itu waktu menunjukkan jam 12 malam.
Tapi, ternyata tidak, saat kita saling bertemu, tidak ada hal yang mengejutkan untuk kami, entah kenapa, dia pun seperti tidak pernah mengenal saya meskipun saya terus mencoba untuk mengenalinya dan yakin 100% bahwa itu adalah dia.
Sengaja Menghindar.
Fix Sekarang saya tau bahwa dia sengaja menghindar. Untuk kedua kalinya saya bertemu dan niat hati ingin mengajaknya ngobrol, menanyakan kabar, mengenang masa indah, bercerita panjang lebar. Tapi apa yang saya dapatkan?
Cuek sekali, dingin sikapnya dan pura-pura sibuk angkat telvon lalu meninggalkan saya.
Disitu saya benar-benar merasa bingung, apa yang terjadi dengannya, apa salah saya?
Saya selalu berharap jika saya punya salah mohon maafkan saya, dan beritahu apa kesalahan saya yang membuat dia jadi begini. Saya merasa kehilangan seorang sahabat. Bukan kehilangan orangnya, tapi kehilangan rasa kebersamaannya, rasa saling pedulinya. Bagaimana bisa dia menjadi seperti ini, ada apa dengannya?
Posting Komentar
Posting Komentar